Bangkok – Hanya dua tahun setelah menjadi negara pertama di Asia yang memberlakukan ganja untuk pemakaian rekreasi, Thailand akan merubah kembali undang-undang tersebut.
Langkah itu akan dilakukan walaupun sektor ritel ganja di Thailand bertumbuh kencang dengan kemunculan puluhan ribu kios dan bisnis dalam kurun dua tahun terakhir.
Dikutip dari web DW Indonesia, Jumat (10/5/2024) industri ini diperkirakan bernilai hingga US$ 1,2 miliar pada tahun 2025.
Aku mau Kementerian Kesehatan merubah undang-undang dan memasukkan kembali ganja ke dalam daftar narkotika,\\” kata Perdana Menteri Srettha Thavisin di platform media sosial X, sebelumnya Twitter.
\\”Kementerian harus joker123 slot lantas mengeluarkan undang-undang yang membolehkan penerapannya untuk tujuan kesehatan dan medis saja,\\” lanjutnya.
Ganja atau Cannabis dilegalkan untuk pemakaian medis pada tahun 2018 dan pemakaian rekreasi pada tahun 2022 di bawah pemerintahan sebelumnya.
Melainkan para kritikus mengatakan, legalisasi ganja dilakukan secara terburu-buru sehingga menyebabkan kebingungan besar berhubungan undang-undang dan regulasinya.
Pernyataan Srettha tersebut menyusul pertemuannya dengan institusi-institusi yang terlibat dalam pemberantasan narkotika, di mana dia bersepakat akan mengambil sikap tegas kepada obat-obatan terlarang dan memerintahkan pihak berwenang untuk memberikan hasil dan kemajuan yang jelas dalam 90 hari ke depan.
\\”Narkoba yaitu keadaan sulit yang menghancurkan masa depan negara, banyak generasi muda yang kecanduan. Kita harus bekerja kencang, menyita aset (pengedar narkoba) dan memperluas pengobatan,\\” ujarnya.
PM Thailand: Semestinya Ada Penegakan Aturan yang Lebih Ketat
Srettha juga minta pihak berwenang untuk mendefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan kepemilikan narkoba menurut undang-undang.
Menurut itu untuk memungkinkan penegakan undang-undang yang lebih ketat oleh pihak berwenang.
Pemerintahan Srettha mengatakan bahwa pihaknya mau mengeluarkan undang-undang ganja dan membuka babak baru pada akhir tahun 2024, di mana Thailand akan melarang pemakaian ganja untuk rekreasi dan membolehkan penerapannya cuma untuk tujuan medis dan kesehatan saja.
Belum jelas kapan ganja akan dimasukkan kembali ke dalam daftar narkotika dan seperti apa progres yang akan dilakukan terutamanya dulu.
Menunggu Hasil Ilmiah
Warung Sekretaris Jenderal Cannabis Future Network Thailand, Prasitchai Nunual, kriminalisasi ulang ganja akan menjadi langkah buruk bagi perekonomian dan memberikan pukulan besar bagi usaha kecil dan konsumen.
\\”Banyak orang yang menanam ganja dan membuka kios ganja. Jika-kios ini harus ditutup,\\” katanya kepada Reuters.
\\”Jika hasil ilmiah menonjolkan bahwa ganja lebih buruk daripada alkohol dan rokok, maka mereka dapat memasukkannya kembali ke dalam daftar narkotika. Jika ganja tidak terlalu membahayakan, mereka juga harus memasukkan rokok dan alkohol ke dalam daftar narkotika,\\” tambahnya.